BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam bidang kelistrikan kita mengenal adanya hambat jenis suatu kawat
penghantar. Dari sanalah kita dapat menentukan mana kawat penghantar listrik
yang bagus ataupun sebaliknya. Misalnya saja muncul pertanyaan, mengapa sebagian
besar kawat terbuat dari tembaga? Alasannya pasti menyangkut hambat jenis
berbagai jenis kawat yang memang berbeda. Dari nilai hambatan jenis tersebut
juga, kita dapat menentukan mana saja
yang termasuk dalam konduktor palig baik jika dihubungkan dengan hambat jenis.
Kemudian, tingkat kerapatan sehingga pemakaiannya disukai banyak orang di
berbagai situasi, seperti jalur transmisi, karena hambatan jenis suatu kawat
juga. Kita mungkin menyangka bahwa hambatan jenis yang tebal akan lebih kecil
dari yang tipis karena kawat yang lebih tebal memiliki area yang lebih luas
untuk lewatnya electron. Dan mungkin kita berpikir bahwa hambatan akan lebih
besar jika panjangnya lebih besar karena aka nada lebih banyak penghalang untuk
aliran electron. Dan, memang ternyata ditemukan pada eksperimen bahwa hambatan
R kawat logam berbanding lurus dengan panjang L dan berbandaing terbalk dengan
luas penampang lintang A. Dari latar belakang itulah kami ingin membuktikan
bahwasannya pernyataan itu benar dan sesuai dengan teori.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana pengaruh jenis
kawat terhadap hambat jenis kawat penghantar?
2.
Bagaimana pengaruh panjang
kawat terhadap hambat jenis kawat penghantar?
3.
Bagaimana pengaruh diameter
kawat terhadap hambat jenis kawat penghantar?
C. Hipotesis
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:
1. Jika jenis kawat yang digunakan adalah tembaga, maka hambat jenis kawat tersebut semakin kecil.
2.
Jika panjang suatu kawat penghantar semakin panjang, maka
hambat jenis kawat tersebut semakin kecil.
3.
Jika besar diameter suatu kawat penghantar semakin besar, maka
hambat jenis kawat tersebut semakin besar.
D. Tujuan
Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah:
1.
Menyelidiki pengaruh jenis
kawat terhadap hambat jenis suatu penghantar.
2.
Menyelidiki panjang kawat
terhadap hambat jenis suatu
penghantar.
3.
Menyelidiki diameter kawat
terhadap hambat jenis suatu
penghantar.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A. Arus Listrik dalam Logam
Kita
tinjau suatu kawat listrik yang bertahan karena pengaruh medan listrik dalam
kawat.sehubungan dengan aliran listrik, orang menggunakan pengertian arus
listrikuntuk menyatakan banyaknya muatan yang mengalir melalui suatu penampang
tiap satuan waktu. Agar lebih jelas, perhatikan gambar 2.1.
gambar ini melukiskan suatu kawat logam dengan medan listrik berkekuatan E di
dalamnya. Walaupun di dalam logam yang mengalir ialah elektron bebas yang
bermuatan negatif, sudah menjadi kebiasaan orang untuk menyatakan arah arus
listrik berlawanan dengan gerak muatan
negatif. Jadi arah arus searah dengan
gerak muatan positif seandainya dapat bergerak.
Jelaslah
arus listrik mengalir dari tempat
ber-potensial tinggi ke tempat ber-potensial rendah.
Kebiasaan
ini sesuai dengan arah arus bila dalam medium mengalir muatan positif dan
negatif seperti
halnya pada arus listrik dalam elektrolit. Pada gambar. 2.1 dilukiskan dalam
muatan positif dq ini memerlukan waktu untuk menyeberang penampang di P. sesuai
dengan definisi arus listrik di atas, kita tuliskan arus i = (2.1).
Dalam
bab ini kita hanya membahas arus yang besarnya konstan dan arahnyapun tak
berubah. Arus semacam ini disebut arus dc
(direct current). Dari persamaan (2.1)
nyata bahwa satuan arus ialah Cs-1. Satuan ini disebut ampere (A). Jadi 1Cs-1 = 1 A
karena muatan elektron 1,6 x 10-19, arus 1 A membawa sebanyak
kira-kira 6 x 1018 elektron tiap detik.
Sekarang
kita perhatikan gambar 2.2. bila jumlah pembawa muatan tiap satuan volumadalah
n, dan muatannya e, maka rapat muatan bebas dalam logam ialah = n e. Selanjutnya misalkan pada suatu tempat
laju gerak rata-rata pembawa muatan
adalah v, maka dalam waktu dt muatan akan bergerak sejauh v dt. Bila
penampangnya A, volum yang disapu pembawa muatan dalam waktu dt adalah d V = A
v dt. Jelaslah dq = dV = (n e) A v dt, sehingga arus i = = n e A v (2.2)
Persamaan (2.2) menyatakan bahwa arus
pada suatu titik pada kawat bergantung pada luas penampang, kita definisikan rapat arus j sebagai j = , dan dari persamaan
(2.2) dapatlah kita peroleh: j = n e v (2.3)
Jadi rapat
arus sebanding dengan laju rata-rata pembawa muatan v.
B.
Hukum
Ohm
Dalam
banyak pemakaian, arus listrik yang mengalir mempunyai harga konstan. Hal ini
berarti rapat arus j juga tetap, dan selanjutnya kecepatan rata-rata pembawa
muatan juga tetap besarnya. Di sini serasa ada keganjilan. Dalam kawat ada
medan listrik E, berarti pada pembawa muatan q bekerja gaya qE, tetapi kecepatan konstant. Bukankah ini
melanggar hukum II Newton? Seharusnya pembawa muatan bergerak dipercepat.
Sebetulnya di sini tak ada yang ganjil. Gaya qE bukanlah satu-satunya gaya yang
bekerja pada pembawa muatan. Ada gaya lain, yaitu gaya gesekan.
Pada waktu bergerak di dalam logam, pembawa
muatan tidak bergerak pada satu garis lurus, tetapi selalu bertumbukan dengan
atom logam. Dalam tumbukan ini terjadi perpindahan energi. Makin cepat gerak
pembawa muatan makin banyak pula tumbukan yang dialami tiap satuan waktu.
Secara rata-rata pembawa muatan akan terus kehilangan energi. Ini tak lain
akibat hukum II Thermodinamika.
Akibat tumbukan ini, pembawa muatan
bergerak dengan kecepatan rata-rata tetap, dan logam menjadi panas. Pengaruh
tumbukan terhadap gerak pembawa muatan dapat dinyatakan dengan gaya gesekan
yang bekerja pada pembawa muatan. Persoalan ini mirip dengan gerak peluru yang
jatuh di dalam gliserin, seperti pada gambar 2.3. karena gaya gesekan Stokes f
sebanding dengan laju v, pada suatu saat harga f sama dengan gaya berat mg.
Setelah keadaan ini tercapai, peluru bergerak dengan kecepatan konstan, yang
kita sebut kecepatan akhir. Makin
besar gaya berat w, makin besar pula kecepatan akhir. Mudah ditunjukkan bahwa
kecepatan akhir sebanding dengan gaya berat w, atau vakhir w.
Marilah kita tinjau kembali gerak
pembawa muatan dalam logam. Dari analogi dengan gerak peluru daam gliserin,
kecepan rata-rata akhir pembawa muatan haruslah konstan dan sebanding dengan
kuat medan listrik.
Akibatnya, rapat arus juga sebanding
dengan kuat medan listrik E.
Secara
matematika ini kita tuliskan J = E (2.4)
Hubungan ini dikenal sebagai Hukum Ohm. Tetapan pembanding konduktivitas listrik.
Suatu bahan dengan harga konduktivitas yang besar akan mengalirkan arus yang besar
pula untuk suatu harga kuat medan listrik E. Bahan seperti ini disebut konduktor baik.
C. Logam Berpenampang Serba Sama
Suatu
kawat serba sama dialiri arus i, seperti pada gambar 2.4.
Misalkan
beda potensial pada titik P dan Q adalah V, yaitu V(P) - V(Q) = V. Bila medan
listrik dalam logam dapat dianggap serba sama, kuat medan listrik haruslah
E=V/l . Hukum Ohm yaitu persamaan menyatakan bahwa rapat arus j = E = V/l sehingga arus I = jA = A/l V
(2.5)
Bila
tetapan A/l kita tuliskan 1/R ,
persamaan (2.5) menjadi
V
= IR (2.6).
Persamaan
(2.6) yang menyatakan arus sebanding
dengan beda potensial, ternyata berlaku dalam banyak keadaan. Hubungan ini
mungkin lebih anda kenal daripada persamaan (2.4). untuk logam berpenampang
serba sama R = 1/ l/A= l/A (2.7). Tetepan = 1/ disebut resistivitas
atau hambatan jenis. Sedang besaran R
disebut hambatan atau resistansi. Satuan resistansi ialah VA-1
dan disebut ohm, dan seringkali dinyatakan dengan huruf Yunani Omega, yaitu Ω.
Harga hambatan yang sering digunakan ialah 1 kilo ohm = 1 k Ω = 1000 Ω dan
mega ohm = 1 M Ω = 1 meg = 106
Ω. Dalam rangkaian listrik banyak digunakan resistor,
yaitu suatu komponen yang dibuat agar mempunyai harga resistansi tertentu. (Sutrisno dan Tan Ik Gie: 1986)
Niliai
tipikal , yang satuannya adalah
Ω m diberikan untuk berbagai bahan di kolom hambat jenis pada Tabel 2.1.
nilai-nilai tersebut sebagian bergantung pada kemurnian, perlakuan kalor,
temperatur, dan faktor-faktor lainnya. Perhatikan bahwa perak memiliki hambat
jenis paling rendah dan dengan demikian merupakan konduktor paling baik (walaupun
mahal). Tembaga tidak jauh di bawahnya, sehingga jelas mengapa sebagian besar
kawat terbuat dari tembaga. Alumunium, walaupun mempunyai hambat jenis yang
lebih tinggi, kurang rapat dibanding tembaga; sehingga pemakaian tembaga lebih
disukai dalam berbagai situasi, seperti jalur transmisi, karena hambtannya
untuk berat yang sama lebih kecil daripada tembaga.
Tabel 2.1 Hambat Jenis dan
Koefisien Temperatur (pada 20)
Bahan
|
Hambat Jenis, (Ω m)
|
Temperatur, Koefisien ()-1
|
Konduktor
|
|
|
Perak
|
1,59 x 10-8
|
0,0061
|
Tembaga
|
1,68 x 10-8
|
0,0068
|
Emas
|
2,44 x 10-8
|
0,0034
|
Alumunium
|
2,65 x 10-8
|
0,00429
|
Tungsten
|
5,6 x 10-8
|
0,0045
|
Besi
|
9,71 x 10-8
|
0,00651
|
Platina
|
10,6 x 10-8
|
0,003927
|
Air raksa
|
98 x 10-8
|
0,0009
|
Nikrom (logam campuran Ni, Fe,
Cr)
|
100 x 10-8
|
0,0004
|
Semikonduktor
|
|
|
Karbon (grafit)
|
(3 - 60) x 10-5
|
-0,0005
|
Germanium
|
(1-500) x 10-3
|
-0,05
|
Silikon
|
0,1 – 60
|
-0,07
|
Isolator
|
|
|
Kaca
|
109 - 1012
|
|
Karet padatan
|
1013 - 1015
|
|
(Gian Coli: )
Tahan jenis
semua konduktor logam bertambah apabila temperatur naik. Dalam daerah
temperatur yang tidak terlalu besar, tahanan jenis logam dapat diungkapkan
dengan persamaan
Di sini 20
ialah tahanan jenisnya pada 20o dan t
tahanan jenisnya pada temperatur toC. Faktor disebut koefisien temperatur tahan jenis. Dalam
tercantum koefisien temperatur tahanan jenis beberapa bahan. Tahanan jenis
karbon (bukan logam) turun bila temperatur naik dan koefisien temperatur
tahanan jenisnya negatif. Tahanan jenis logam campuran manganin praktis tidak
kena pengaruh temperatur. (Francis Weston Sears dan Mark W. Zemansky: 1994)
BAB III
RANCANGAN PERCOBAAN
A.
Alat
dan Bahan
1. Basicmeter 1 buah
2. Hambatan Geser 1 buah
3. Power supply 1
buah
4. Micrometer skrup 1
buah
5. Papan slider 1
buah
6. Kawat nikelin seperlunya
7. Kawat tembaga seperlunya
8. Ampelas secukupnya
B.
Rancangan
Percobaan
·
Dirangkai secara seri
·
Dihubungkan menggunakan konektor / penjepit buaya
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
·
Dihitung nilai V yang ditunjukkan
oleh basic meter
·
Diulangi lagkah yang sama untuk jenis dan diameter kawat yang berbeda.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
C. Variabel
·
Variabel
kontrol : jenis rangkaian, hambatan geser
Definisi operasional variabel :
Ø Jenis Rangkaian : pada percobaan jenis rangkaian yang
digunakan adalah sama yakni rangkaian seri.
Ø Hambatan geser : kami menggunakan hambatan geser sebesar
0 pada semua percobaan.
·
Variabel
manipulasi : panjang kawat, jenis kawat, diameter kawat.
Definisi operasional variabel :
Ø Panjang kawat : pada percobaan ini panjang kawat
dimanipulasi / kami buat berbeda, panjang kawat yang kami gunakan adalah 50 cm,
75 cm, dan 100 cm.
Ø Jenis kawat : Dalam percobaan ini jenis kawat yang kami
gunakan pada masing-masing percobaan dibuat berbeda yakni menggunakan kawat
nikrom, kawat tembaga, dan kawat nikel.
Ø Diameter kawat : diameter pada masing-masing kawat adalah
berbeda, pada kawat tembaga kami menggunakan 2 kawat tembaga yang berbeda
diameternya yakni
·
Variabel
respon : nilai V dan I
Definisi operasional variabel :
Ø Hasil dari percobaan ini adalah nilai tegangan (V) dan
(I) yang ditunjukkan oleh basicmeter.
D. Langkah
Percobaan
·
Mengukur
besar diameter kawat menggunakan micrometer sekrup.
·
Meletakkan
kawat pada papan slider.
·
Merangkai
alat yang digunakan secara seri, seperti basic meter, power supply, tahanan
geser.
·
Mengamati
penunjukan arus dan tegangan untuk kawat dengan panjang tertentu (100cm, 75 cm,
dan 50cm).
·
Mengulangi
langkah yang sama untuk jenis kawat yang sama namun berbeda diameter, dan jenis
kawat yang berbeda.
BAB IV
DATA DAN ANALISIS
A. Data
Dari percobaan, didapatkan data sebagai
berikut :
Tabel 4.1 Hasil Percobaan
Jenis
Kawat
|
No.
Perc.
|
Panjang
Kawat
(L
± 0,001) m
|
Diameter
Kawat
(D
±0,01)m
|
Tegangan
(V±1)
|
Kuat
Arus
(A±1)
|
Nikel
|
1.
2.
3.
|
1,0000
0,750
0,500
|
0,31
|
7
5
3
|
11
11
11
|
Tembaga
|
1.
2.
3.
|
1,0000
0,750
0,500
|
0,30
|
20
12
8
|
9
9
9
|
1.
2.
3.
|
1,0000
0,750
0,500
|
0,19
|
9
7
5
|
21
21
21
|
Nikrom
|
1.
2.
3.
|
1,0000
0,750
0,500
|
0,26
|
12
11
8
|
5
5
5
|
1.
2.
3.
|
1,0000
0,750
0,500
|
0,16
|
18
16
13
|
3
3
3
|
Keterangan :
Batas skala : 50
Nikel
: V= 1 V; I= 100 mA
Tembaga 1 : V= 100 mV; I= 1 A
Tembaga 2 : V= 1 V; I= 1 A
Nikrom : V= 5 V; I= 1 A
Tabel
4.2 Hasil perhitungan
JENIS
KAWAT
|
NILAI
HAMBATAN JENISNYA
|
NIKELIN
|
48,0.10-8
|
45,7.10-8
|
41,0.10-8
|
TEMBAGA
|
1,57.10-8
|
1,26.10-8
|
1,27.10-8
|
1,22.10-8
|
1,26.10-8
|
1,30.10-8
|
NIKROM
|
63,6.10-8
|
77,8.10-8
|
84,9.10-8
|
60,2.10-8
|
71,4.10-8
|
87,0.10-8
|
Analisis
Dari data yang kami peroleh pada
percobaan hambatan jenis kawat penghantar, nilai tegangan pada jenis kawat
nikelin yang berdiameter (0,31 ± 0,01) mm berturut-turut adalah sebesar
7 V, 5 V, dan 3 V
serta nilai kuat arus adalah sebesar 11 mA
dengan panjang kawat berturut-turut yakni 1 m,
75 cm, dan 50 cm.
Nilai tegangan pada jenis kawat tembaga yang berdiameter (0,30 ±
0,01) mm berturut-turut adalah sebesar 20 V,
12 V,
dan 8 V serta nilai kuat arus adalah sebesar 9 mA dengan panjang kawat berturut-turut
yakni 1 m, 75 cm,
dan 50 cm. Nilai tegangan pada jenis kawat
tembaga yang berdiameter (0,19 ± 0,01) mm berturut-turut adalah sebesar
9 V, 7 V, dan 5 V
serta nilai kuat arus adalah sebesar 21 mA
dengan panjang kawat berturut-turut yakni 1 m,
75 cm, dan 50 cm.
Nilai tegangan pada jenis kawat nikrom yang berdiameter (0,26 ±
0,01) mm berturut-turut adalah sebesar 12 V,
11 V,
dan 8 V serta nilai kuat arus adalah sebesar 5 mA dengan panjang kawat berturut-turut
yakni 1 m, 75 cm,
dan 50 cm. Nilai tegangan pada jenis kawat
nikelin yang berdiameter (0,16 ± 0,01) mm berturut-turut adalah sebesar
18 V, 16 V, dan 13 V
serta nilai kuat arus adalah sebesar 3 mA
dengan panjang kawat berturut-turut yakni 1 m,
75 cm, dan 50 cm.
B. Pembahasan
Dari data tersebut kami
memperoleh nilai hambatan jenis kawat nikelin yang berdiameter (0,31 ±
0,01) mm adalah sebesar (44,9.10-8±
4,2.10-8) dengan ketidakpastian 9,45% dan taraf
ketelitian 90,5%. Nilai hambatan jenis pada kawat tembaga yang berdiameter
(0,30 ±
0,01) mm dan (0,19 ± 0,01) mm adalah sebesar (1,31.10-8 ± 0,003.10-8)
dengan
ketidakpastian 0,21% dan taraf ketelitian 99,7%. Nilai hambatan jenis pada
kawat nikrom yang berdiameter (0,26 ± 0,01) mm dan
(0,16 ±
0,01) mm adalah sebesar (74,15.±19,95.10-8) dengan
ketidakpastian 26,91 % dan taraf ketelitian 73,09 %.
Dari percobaan, dapat
dinyatakan secara teori bahwa semakin panjang l, maka nilai semakin kecil
(berbanding terbalik). Dan semakin besar diameter, maka nilai semakin besar (berbanding lurus). Hal ini sesuai dengan hasil praktikum yang
telah kami lakukan berdasarkan
manipulasi panjang
yakni 1
m; 0,75 m; dan 0,50 m untuk setiap diameter kawat.
BAB
V
PENUTUP
a.
Kesimpulan
1.
Berdasarkan dari hasil percobaan
hambatan jenis kawat yang kami lakukan dapat diambil kesimpulan bahwa nilai
hambatan dari suatu kawat dengan jenis dan diameter yang berbeda, maka nilai
hambatannya berbeda pula. Dari percobaan, dapat dinyatakan secara teori bahwa
semakin panjang l, maka nilai semakin kecil
(berbanding terbalik). Dan semakin besar diameter, maka nilai semakin besar (berbanding lurus).
2. Jika jenis kawat yang digunakan adalah tembaga, maka hambat jenis kawat tersebut semakin kecil.
3.
Jika panjang suatu kawat penghantar semakin panjang, maka
hambat jenis kawat tersebut semakin kecil.
4.
Jika besar diameter suatu kawat penghantar semakin besar, maka
hambat jenis kawat tersebut semakin besar.
5.
Dari data tersebut kami memperoleh nilai
hambatan jenis kawat nikelin yang berdiameter (0,31 ±
0,01) mm adalah sebesar (44,9.10-8±
4,2.10-8) dengan ketidakpastian 9,45% dan taraf
ketelitian 90,5%. Nilai hambatan jenis pada kawat tembaga yang berdiameter
(0,30 ±
0,01) mm dan (0,19 ± 0,01) mm adalah sebesar (1,31.10-8 ± 0,003.10-8)
dengan
ketidakpastian 0,21% dan taraf ketelitian 99,7%. Nilai hambatan jenis pada
kawat nikrom yang berdiameter (0,26 ± 0,01) mm dan
(0,16 ±
0,01) mm adalah sebesar (74,15.±19,95.10-8) dengan
ketidakpastian 26,91 % dan taraf ketelitian 73,09 %.
b.
Saran
Sebelum percobaan, diharap praktikan mengecek
kondisi alat-alat praktikum terlebih dahulu sehingga tidak mengalami kesulitan
saat praktikum. Jika ada kerusakan, segera melapor ke asisten dosen.
DAFTAR
PUSTAKA
Giancoli.
Tanpa tahun. Fisika Jilid 2.
Sears,
Francis Weston dan Mark W. Zemansky. 1994. Fisika
untuk Universitas 2 Listrik, Magnet. Jakarta: Binacipta.
Sutrisno
dan Tan Ik Gie. 1986. Fisika Dasar.
Bandung: ITB.
Tim.
2014. Modul Praktikum Kelistrikan dan Kemagnetan.
Surabaya : Unipress
Gambar 1. Konektor
|
Gambar 2. Papan
slider
|
Gambar 3. Basicmeter
|
Gambar 4. Tahanan
geser
|
Gambar 5. Power
supply
|
Gambar 6. Micrometer
sekrup
|
Gambar 7. Kawat
tembaga
|
Gambar 8. Mengukur diameter
kawat tembaga
|
Gambar 9. Rangkaian
percobaan menghitung nilai I
|
Gambar 10. Rangkaian
percobaan menghitung nilai V
|
Gambar 11. Mengukur diameter kawat nikrom
|
|
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
NIKEL
a.
b.
Vm/A
c.
TEMBAGA
a.
b.
c.
d.
e.
f.
NIKROM
a.
b.
c.
d.
e.
f.
KETELITIAN
NIKEL
No.
|
|
d
|
d2
|
1.
|
48,0.10-8
|
3,1.10-8
|
9,61.10-16
|
2.
|
45,7.10-8
|
0,8.10-8
|
0,64.10-16
|
3.
|
41,0.10-8
|
-3,9.10-8
|
15,21.10-16
|
|
134,7.10-8
|
|
25,46.10-16
|
|
R rata2= 44,9.10-8
|
|
|
X= X ± = (44,9.10-8± 4,2.10-8)
Ketidakpastian=
x 100% = 9,45 %
Ketelitian:
100%- 9,45% = 90,55 %
KETELITIAN
TEMBAGA
No.
|
|
d
|
d2
|
1.
|
1,57.10-8
|
0,26.10-8
|
0,0676.10-16
|
2.
|
1,26.10-8
|
-
0,05.10-8
|
0,0025.10-16
|
3.
|
1,27.10-8
|
-
0,04.10-8
|
0,0016.10-16
|
4.
|
1,22.10-8
|
-
0,09.10-8
|
0,0081.10-16
|
5.
|
1,26.10-8
|
-0,05.10-8
|
0,0025.10-16
|
6.
|
1,30.10-8
|
-0,01.10-8
|
0,0001.10-16
|
|
7,87.10-8
|
|
0,0824.10-16
|
|
R rata2= 1,31.10-8
|
|
|
X= X ± = (1,31.10-8±0,003.10-8)
Ketidakpastian=
100% = 0,21%
Ketelitian:
100%-0,21 % = 99,79%
KETELITIAN NIKROM
No.
|
|
d
|
d2
|
1.
|
63,6.10-8
|
-10,55.10-8
|
111,3025.10-16
|
2.
|
77,8.10-8
|
3,65.10-8
|
13,3225.10-16
|
3.
|
84,9.10-8
|
10,75.10-8
|
115,5625.10-16
|
4.
|
60,2.10-8
|
-13,95.10-8
|
194,6025.10-16
|
5.
|
71,4.10-8
|
-2,75.10-8
|
7,5625.10-16
|
6.
|
87,0.10-8
|
12,5.10-8
|
156,25.10-16
|
|
444,9.10-8
|
|
598,6.10-16
|
|
R rata2= 74,15.10-8
|
|
|
X= X ± = (74,15.10-8±19,95.10-8)
Ketidakpastian=
x 100% = 26,91%
Ketelitian:
100%- 26,9% = 73,09%
PERTANYAAN
dan JAWABAN
1.
Berikan
keterangan fisis tentang hambatan jenis, dapatkan hubungan antara tahanan
kawat, luas penampang, dan hambatan jenis tersebut sesuai dengan pengetahuan
anda!
2.
Lima
buah kawat alumunium menjadi satu masing-masing berdiameter 1 mm dan panjangnya
20 m.
a.
Tentukan
tahanan dari alumunium tersebut!
b.
Bila
suhunya 300oC, berapakah t
dan Rt?
c.
Jika
kawat tersebut disambung menjadi satu memanjang, tetukan nilai hambatan kawat
tersebut!
Jawab
1. Hambatan jenis dipengaruhi oleh jenis kawat, panjang
kawat, dan diameter kawat. Jika jenis kawat yang digunakan adalah tembaga, maka hambat jenis kawat tersebut semakin kecil. Jika panjang
suatu kawat penghantar semakin
panjang, maka hambat jenis kawat tersebut semakin kecil. Jika besar
diameter suatu kawat penghantar semakin besar, maka hambat jenis kawat
tersebut semakin besar.
2. Diketahui: n kawat= 5
D= 1 mm= 1.10-3 m
l= 20 m
a. Ralumunium =
= 2,63.10-8 .
= 2,63.10-8 .
= 2,63.10-8 .
= 2,68.10-2
b. T= 300oC, t dan Rt?
=
2,63.10-8 [1
+ (300o – 20o)]
=
2,63.10-8 [1
+ (280o)]
= 2,63.10-8 [1 + ]
= 2,63.10-8 [2,092]
= 2,87196. 10-8 Ωm2
c. Jika kawat disambung menjadi satu
Ralumunium =
= 2,63.10-8 .
= 2,63.10-8 .
=
= 3,35