Sabtu, 19 Desember 2015

Hambatan Pada Kawat Penghantar



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dalam bidang kelistrikan kita mengenal adanya hambat jenis suatu kawat penghantar. Dari sanalah kita dapat menentukan mana kawat penghantar listrik yang bagus ataupun sebaliknya. Misalnya saja muncul pertanyaan, mengapa sebagian besar kawat terbuat dari tembaga? Alasannya pasti menyangkut hambat jenis berbagai jenis kawat yang memang berbeda. Dari nilai hambatan jenis tersebut juga, kita dapat menentukan mana  saja yang termasuk dalam konduktor palig baik jika dihubungkan dengan hambat jenis. Kemudian, tingkat kerapatan sehingga pemakaiannya disukai banyak orang di berbagai situasi, seperti jalur transmisi, karena hambatan jenis suatu kawat juga. Kita mungkin menyangka bahwa hambatan jenis yang tebal akan lebih kecil dari yang tipis karena kawat yang lebih tebal memiliki area yang lebih luas untuk lewatnya electron. Dan mungkin kita berpikir bahwa hambatan akan lebih besar jika panjangnya lebih besar karena aka nada lebih banyak penghalang untuk aliran electron. Dan, memang ternyata ditemukan pada eksperimen bahwa hambatan R kawat logam berbanding lurus dengan panjang L dan berbandaing terbalk dengan luas penampang lintang A. Dari latar belakang itulah kami ingin membuktikan bahwasannya pernyataan itu benar dan sesuai dengan teori.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana pengaruh jenis kawat terhadap hambat jenis kawat penghantar?
2.      Bagaimana pengaruh panjang kawat terhadap hambat jenis kawat penghantar?
3.      Bagaimana pengaruh diameter kawat terhadap hambat jenis kawat penghantar?

C. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:
1.    Jika jenis kawat yang digunakan adalah tembaga, maka hambat jenis kawat tersebut semakin kecil.
2.   Jika panjang suatu kawat penghantar semakin panjang, maka hambat jenis kawat tersebut semakin kecil.
3.   Jika besar diameter suatu kawat penghantar semakin besar, maka hambat jenis kawat tersebut semakin besar.

D. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah:
1.      Menyelidiki pengaruh jenis kawat terhadap hambat jenis suatu penghantar.
2.      Menyelidiki panjang kawat terhadap hambat jenis suatu penghantar.
3.      Menyelidiki diameter kawat terhadap hambat jenis suatu penghantar.
























BAB II
KAJIAN TEORI

A.  Arus Listrik dalam Logam
Kita tinjau suatu kawat listrik yang bertahan karena pengaruh medan listrik dalam kawat.sehubungan dengan aliran listrik, orang menggunakan pengertian arus listrikuntuk menyatakan banyaknya muatan yang mengalir melalui suatu penampang tiap satuan waktu. Agar lebih jelas, perhatikan gambar 2.1. gambar ini melukiskan suatu kawat logam dengan medan listrik berkekuatan E di dalamnya. Walaupun di dalam logam yang mengalir ialah elektron bebas yang bermuatan negatif, sudah menjadi kebiasaan orang untuk menyatakan arah arus listrik berlawanan dengan gerak muatan negatif. Jadi arah arus searah dengan gerak muatan positif seandainya dapat bergerak.
Jelaslah arus listrik mengalir dari tempat ber-potensial tinggi ke tempat ber-potensial rendah.
Kebiasaan ini sesuai dengan arah arus bila dalam medium mengalir muatan positif dan negatif seperti halnya pada arus listrik dalam elektrolit. Pada gambar. 2.1 dilukiskan dalam muatan positif dq ini memerlukan waktu untuk menyeberang penampang di P. sesuai dengan definisi arus listrik di atas, kita tuliskan arus i =  (2.1).
Description: 2.1.jpg
Dalam bab ini kita hanya membahas arus yang besarnya konstan dan arahnyapun tak berubah. Arus semacam ini disebut arus dc (direct current). Dari persamaan (2.1) nyata bahwa satuan arus ialah Cs-1. Satuan ini disebut ampere (A). Jadi 1Cs-1 = 1 A karena muatan elektron 1,6 x 10-19, arus 1 A membawa sebanyak kira-kira 6 x 1018 elektron tiap detik.
Sekarang kita perhatikan gambar 2.2. bila jumlah pembawa muatan tiap satuan volumadalah n, dan muatannya e, maka rapat muatan bebas dalam logam ialah  = n e. Selanjutnya misalkan pada suatu tempat laju gerak rata-rata pembawa muatan adalah v, maka dalam waktu dt muatan akan bergerak sejauh v dt. Bila penampangnya A, volum yang disapu pembawa muatan dalam waktu dt adalah d V = A v dt. Jelaslah dq =   dV = (n e) A v dt, sehingga arus i =  = n e A v (2.2)
Gambar 2.2
 
Description: 2.2.jpg
Persamaan (2.2) menyatakan bahwa arus pada suatu titik pada kawat bergantung pada luas penampang, kita definisikan rapat arus j sebagai j = , dan dari persamaan (2.2) dapatlah kita peroleh: j = n e v (2.3)
 Jadi rapat arus sebanding dengan laju rata-rata pembawa muatan v.

B.             Hukum Ohm
Dalam banyak pemakaian, arus listrik yang mengalir mempunyai harga konstan. Hal ini berarti rapat arus j juga tetap, dan selanjutnya kecepatan rata-rata pembawa muatan juga tetap besarnya. Di sini serasa ada keganjilan. Dalam kawat ada medan listrik E, berarti pada pembawa muatan q bekerja gaya qE, tetapi kecepatan konstant. Bukankah ini melanggar hukum II Newton? Seharusnya pembawa muatan bergerak dipercepat. Sebetulnya di sini tak ada yang ganjil. Gaya qE bukanlah satu-satunya gaya yang bekerja pada pembawa muatan. Ada gaya lain, yaitu gaya gesekan.
 Pada waktu bergerak di dalam logam, pembawa muatan tidak bergerak pada satu garis lurus, tetapi selalu bertumbukan dengan atom logam. Dalam tumbukan ini terjadi perpindahan energi. Makin cepat gerak pembawa muatan makin banyak pula tumbukan yang dialami tiap satuan waktu. Secara rata-rata pembawa muatan akan terus kehilangan energi. Ini tak lain akibat hukum II Thermodinamika.
Akibat tumbukan ini, pembawa muatan bergerak dengan kecepatan rata-rata tetap, dan logam menjadi panas. Pengaruh tumbukan terhadap gerak pembawa muatan dapat dinyatakan dengan gaya gesekan yang bekerja pada pembawa muatan. Persoalan ini mirip dengan gerak peluru yang jatuh di dalam gliserin, seperti pada gambar 2.3. karena gaya gesekan Stokes f sebanding dengan laju v, pada suatu saat harga f sama dengan gaya berat mg. Setelah keadaan ini tercapai, peluru bergerak dengan kecepatan konstan, yang kita sebut kecepatan akhir. Makin besar gaya berat w, makin besar pula kecepatan akhir. Mudah ditunjukkan bahwa kecepatan akhir sebanding dengan gaya berat w, atau vakhir    w.
Gambar 2.3
 
Description: 2.3.jpg
Marilah kita tinjau kembali gerak pembawa muatan dalam logam. Dari analogi dengan gerak peluru daam gliserin, kecepan rata-rata akhir pembawa muatan haruslah konstan dan sebanding dengan kuat medan listrik.
Akibatnya, rapat arus juga sebanding dengan kuat medan listrik E.
Secara matematika ini kita tuliskan J =  E (2.4)
Hubungan ini dikenal sebagai Hukum Ohm. Tetapan pembanding  konduktivitas listrik. Suatu bahan dengan harga konduktivitas  yang besar akan mengalirkan arus yang besar pula untuk suatu harga kuat medan listrik E. Bahan seperti ini disebut konduktor baik.

C. Logam Berpenampang Serba Sama
Suatu kawat serba sama dialiri arus i, seperti pada gambar 2.4.
Gambar 2.4
 
Description: 2.4.jpg 
Misalkan beda potensial pada titik P dan Q adalah V, yaitu V(P) - V(Q) = V. Bila medan listrik dalam logam dapat dianggap serba sama, kuat medan listrik haruslah E=V/l . Hukum Ohm yaitu persamaan menyatakan bahwa rapat arus j =  E = V/l sehingga arus I = jA =  A/l V  (2.5)
Bila tetapan A/l kita tuliskan 1/R , persamaan (2.5) menjadi
V = IR  (2.6).
Persamaan (2.6) yang menyatakan arus sebanding dengan beda potensial, ternyata berlaku dalam banyak keadaan. Hubungan ini mungkin lebih anda kenal daripada persamaan (2.4). untuk logam berpenampang serba sama R = 1/ l/A=  l/A (2.7). Tetepan  = 1/  disebut resistivitas atau hambatan jenis. Sedang besaran R disebut hambatan atau resistansi. Satuan resistansi ialah VA-1 dan disebut ohm, dan seringkali dinyatakan dengan huruf Yunani Omega, yaitu Ω. Harga hambatan yang sering digunakan ialah 1 kilo ohm = 1 k Ω = 1000 Ω dan mega  ohm = 1 M Ω = 1 meg = 106 Ω. Dalam rangkaian listrik banyak digunakan resistor, yaitu suatu komponen yang dibuat agar mempunyai harga resistansi tertentu.  (Sutrisno dan Tan Ik Gie: 1986)
Niliai tipikal , yang satuannya adalah Ω m diberikan untuk berbagai bahan di kolom hambat jenis pada Tabel 2.1. nilai-nilai tersebut sebagian bergantung pada kemurnian, perlakuan kalor, temperatur, dan faktor-faktor lainnya. Perhatikan bahwa perak memiliki hambat jenis paling rendah dan dengan demikian merupakan konduktor paling baik (walaupun mahal). Tembaga tidak jauh di bawahnya, sehingga jelas mengapa sebagian besar kawat terbuat dari tembaga. Alumunium, walaupun mempunyai hambat jenis yang lebih tinggi, kurang rapat dibanding tembaga; sehingga pemakaian tembaga lebih disukai dalam berbagai situasi, seperti jalur transmisi, karena hambtannya untuk berat yang sama lebih kecil daripada tembaga.     

Tabel 2.1 Hambat Jenis dan Koefisien Temperatur (pada 20)
Bahan
Hambat Jenis,  (Ω m)
Temperatur, Koefisien  ()-1
Konduktor


Perak
1,59 x 10-8
0,0061
Tembaga
1,68 x 10-8
0,0068
Emas
2,44 x 10-8
0,0034
Alumunium
2,65 x 10-8
0,00429
Tungsten
5,6 x 10-8
0,0045
Besi
9,71 x 10-8
0,00651
Platina
10,6 x 10-8
0,003927
Air raksa
98 x 10-8
0,0009
Nikrom (logam campuran Ni, Fe, Cr)
100 x 10-8
0,0004
Semikonduktor


Karbon (grafit)
(3 - 60) x 10-5
-0,0005
Germanium
(1-500) x 10-3
-0,05
Silikon
0,1 – 60
-0,07
Isolator


Kaca
109 - 1012

Karet padatan
1013 - 1015

 (Gian Coli: )
Tahan jenis semua konduktor logam bertambah apabila temperatur naik. Dalam daerah temperatur yang tidak terlalu besar, tahanan jenis logam dapat diungkapkan dengan persamaan
t = 20 [1 + (t – 20o)].
Di sini 20 ialah tahanan jenisnya pada 20o dan t tahanan jenisnya pada temperatur toC. Faktor disebut koefisien temperatur tahan jenis. Dalam tercantum koefisien temperatur tahanan jenis beberapa bahan. Tahanan jenis karbon (bukan logam) turun bila temperatur naik dan koefisien temperatur tahanan jenisnya negatif. Tahanan jenis logam campuran manganin praktis tidak kena pengaruh temperatur. (Francis Weston Sears dan Mark W. Zemansky: 1994)





















BAB III
RANCANGAN PERCOBAAN

A.    Alat dan Bahan
1.      Basicmeter                              1 buah
2.      Hambatan Geser                     1 buah
3.      Power supply                          1 buah
4.      Micrometer skrup                    1 buah
5.      Papan slider                             1 buah
6.      Kawat nikelin                          seperlunya
7.      Kawat tembaga                       seperlunya
8.      Ampelas                                  secukupnya

B.     Rancangan Percobaan







Kawat tembaga

 

Micrometer Sekrup

 

Papan slider

 


 
Description: Micrometers luar.jpg













·      Diletakkan pada papan
 






Power supply

 

Basic meter

 

 





Hambatan geser

 



 


·      Dirangkai secara seri
·      Dihubungkan menggunakan konektor / penjepit buaya

 

















·      Dihitung nilai V yang ditunjukkan  oleh basic meter
·      Diulangi lagkah yang sama untuk jenis dan diameter kawat yang berbeda.

 





Text Box: Nilai V dan I

 

C.    Variabel
·         Variabel kontrol : jenis rangkaian, hambatan geser
Definisi operasional variabel :
Ø  Jenis Rangkaian : pada percobaan jenis rangkaian yang digunakan adalah sama yakni rangkaian seri.
Ø  Hambatan geser : kami menggunakan hambatan geser sebesar 0 pada semua percobaan.
·         Variabel manipulasi : panjang kawat, jenis kawat, diameter kawat.
Definisi operasional variabel :
Ø  Panjang kawat : pada percobaan ini panjang kawat dimanipulasi / kami buat berbeda, panjang kawat yang kami gunakan adalah 50 cm, 75 cm, dan 100 cm.
Ø  Jenis kawat : Dalam percobaan ini jenis kawat yang kami gunakan pada masing-masing percobaan dibuat berbeda yakni menggunakan kawat nikrom, kawat tembaga, dan kawat nikel.
Ø  Diameter kawat : diameter pada masing-masing kawat adalah berbeda, pada kawat tembaga kami menggunakan 2 kawat tembaga yang berbeda diameternya yakni
·         Variabel respon : nilai V dan I
Definisi operasional variabel :
Ø  Hasil dari percobaan ini adalah nilai tegangan (V) dan (I) yang ditunjukkan oleh basicmeter.

D.    Langkah Percobaan
·             Mengukur besar diameter kawat menggunakan micrometer sekrup.
·             Meletakkan kawat pada papan slider.
·             Merangkai alat yang digunakan secara seri, seperti basic meter, power supply, tahanan geser.
·             Mengamati penunjukan arus dan tegangan untuk kawat dengan panjang tertentu (100cm, 75 cm, dan 50cm).
·             Mengulangi langkah yang sama untuk jenis kawat yang sama namun berbeda diameter, dan jenis kawat yang berbeda.

BAB IV
DATA DAN ANALISIS

A.    Data
 Dari percobaan, didapatkan data sebagai berikut :
 Tabel 4.1 Hasil Percobaan
Jenis Kawat
No.
Perc.
Panjang Kawat
(L ± 0,001) m
Diameter Kawat
(D ±0,01)m
Tegangan
(V±1)
Kuat Arus
(A±1)

Nikel
1.
2.
3.
1,0000
0,750
0,500
0,31
7
5
3
11
11
11
Tembaga
1.
2.
3.
1,0000
0,750
0,500
0,30
20
12
8
9
9
9
1.
2.
3.
1,0000
0,750
0,500
0,19
9
7
5
21
21
21
Nikrom
1.
2.
3.
1,0000
0,750
0,500
0,26
12
11
8
5
5
5
1.
2.
3.
1,0000
0,750
0,500
0,16
18
16
13
3
3
3
Keterangan :
Batas skala      : 50
Nikel               : V= 1 V; I= 100 mA
Tembaga 1       : V= 100 mV; I= 1 A
Tembaga 2       : V= 1 V; I= 1 A
Nikrom             : V= 5 V; I= 1 A
                                                        
Tabel 4.2 Hasil perhitungan
JENIS KAWAT
NILAI HAMBATAN JENISNYA
NIKELIN
48,0.10-8
45,7.10-8
41,0.10-8
TEMBAGA
1,57.10-8
1,26.10-8
1,27.10-8
1,22.10-8
1,26.10-8
1,30.10-8
NIKROM
63,6.10-8
77,8.10-8
84,9.10-8
60,2.10-8
71,4.10-8
87,0.10-8

Analisis
Dari data yang kami peroleh pada percobaan hambatan jenis kawat penghantar, nilai tegangan pada jenis kawat nikelin yang berdiameter (0,31 ± 0,01) mm berturut-turut adalah sebesar 7 V, 5 V, dan 3 V serta nilai kuat arus adalah sebesar 11 mA dengan panjang kawat berturut-turut yakni 1 m, 75 cm, dan 50 cm. Nilai tegangan pada jenis kawat tembaga yang berdiameter (0,30 ± 0,01) mm berturut-turut adalah sebesar 20 V, 12 V, dan 8 V serta nilai kuat arus adalah sebesar 9 mA dengan panjang kawat berturut-turut yakni 1 m, 75 cm, dan 50 cm. Nilai tegangan pada jenis kawat tembaga yang berdiameter (0,19 ± 0,01) mm berturut-turut adalah sebesar 9 V, 7 V, dan 5 V serta nilai kuat arus adalah sebesar 21 mA dengan panjang kawat berturut-turut yakni 1 m, 75 cm, dan 50 cm. Nilai tegangan pada jenis kawat nikrom yang berdiameter (0,26 ± 0,01) mm berturut-turut adalah sebesar 12 V, 11 V, dan 8 V serta nilai kuat arus adalah sebesar 5 mA dengan panjang kawat berturut-turut yakni 1 m, 75 cm, dan 50 cm. Nilai tegangan pada jenis kawat nikelin yang berdiameter (0,16 ± 0,01) mm berturut-turut adalah sebesar 18 V, 16 V, dan 13 V serta nilai kuat arus adalah sebesar 3 mA dengan panjang kawat berturut-turut yakni 1 m, 75 cm, dan 50 cm.

B.     Pembahasan
Dari data tersebut kami memperoleh nilai hambatan jenis kawat nikelin yang berdiameter (0,31 ± 0,01) mm adalah sebesar (44,9.10-8± 4,2.10-8) dengan ketidakpastian 9,45% dan taraf ketelitian 90,5%. Nilai hambatan jenis pada kawat tembaga yang berdiameter (0,30 ± 0,01) mm dan (0,19 ± 0,01) mm adalah sebesar (1,31.10-8 ± 0,003.10-8) dengan ketidakpastian 0,21% dan taraf ketelitian 99,7%. Nilai hambatan jenis pada kawat nikrom yang berdiameter (0,26 ± 0,01) mm dan (0,16 ± 0,01) mm adalah sebesar (74,15.±19,95.10-8)  dengan ketidakpastian 26,91 % dan taraf ketelitian 73,09 %.
Dari percobaan, dapat dinyatakan secara teori bahwa semakin panjang l, maka nilai semakin kecil (berbanding terbalik). Dan semakin besar diameter, maka nilai  semakin besar (berbanding lurus). Hal ini sesuai dengan hasil praktikum yang telah kami lakukan berdasarkan manipulasi panjang yakni 1 m; 0,75 m; dan 0,50 m untuk setiap diameter kawat.














BAB V
PENUTUP

a.      Kesimpulan
1.      Berdasarkan dari hasil percobaan hambatan jenis kawat yang kami lakukan dapat diambil kesimpulan bahwa nilai hambatan dari suatu kawat dengan jenis dan diameter yang berbeda, maka nilai hambatannya berbeda pula. Dari percobaan, dapat dinyatakan secara teori bahwa semakin panjang l, maka nilai semakin kecil (berbanding terbalik). Dan semakin besar diameter, maka nilai  semakin besar (berbanding lurus).
2.      Jika jenis kawat yang digunakan adalah tembaga, maka hambat jenis kawat tersebut semakin kecil.
3.      Jika panjang suatu kawat penghantar semakin panjang, maka hambat jenis kawat tersebut semakin kecil.
4.      Jika besar diameter suatu kawat penghantar semakin besar, maka hambat jenis kawat tersebut semakin besar.
5.   Dari data tersebut kami memperoleh nilai hambatan jenis kawat nikelin yang berdiameter (0,31 ± 0,01) mm adalah sebesar (44,9.10-8± 4,2.10-8) dengan ketidakpastian 9,45% dan taraf ketelitian 90,5%. Nilai hambatan jenis pada kawat tembaga yang berdiameter (0,30 ± 0,01) mm dan (0,19 ± 0,01) mm adalah sebesar (1,31.10-8 ± 0,003.10-8) dengan ketidakpastian 0,21% dan taraf ketelitian 99,7%. Nilai hambatan jenis pada kawat nikrom yang berdiameter (0,26 ± 0,01) mm dan (0,16 ± 0,01) mm adalah sebesar (74,15.±19,95.10-8)  dengan ketidakpastian 26,91 % dan taraf ketelitian 73,09 %.

b.      Saran
Sebelum percobaan, diharap praktikan mengecek kondisi alat-alat praktikum terlebih dahulu sehingga tidak mengalami kesulitan saat praktikum. Jika ada kerusakan, segera melapor ke asisten dosen.




DAFTAR PUSTAKA

Giancoli. Tanpa tahun. Fisika Jilid 2.
Sears, Francis Weston dan Mark W. Zemansky. 1994. Fisika untuk Universitas 2 Listrik, Magnet. Jakarta: Binacipta.
Sutrisno dan Tan Ik Gie. 1986. Fisika Dasar. Bandung: ITB.
Tim. 2014. Modul Praktikum Kelistrikan dan Kemagnetan. Surabaya : Unipress


















Description: E:\semester 3\KK\praktikum\L5\foto\IMG_20141103_100823.jpg

Gambar 1. Konektor
Description: IMG_20141117_100857.jpg

Gambar 2. Papan slider
Description: E:\semester 3\KK\praktikum\L5\foto\IMG_20141103_101200.jpg
Gambar 3. Basicmeter
Description: IMG_20141117_101041.jpg
Gambar 4. Tahanan geser
Description: IMG_20141117_100929.jpg
Gambar 5. Power supply
Description: IMG_20141117_100947.jpg
Gambar 6. Micrometer sekrup

Description: IMG_20141117_101156.jpg
Gambar 7. Kawat tembaga
Description: IMG_20141117_101618.jpg
Gambar 8. Mengukur diameter kawat tembaga
Description: IMG_20141117_101934.jpg
Gambar 9. Rangkaian percobaan menghitung nilai I
Description: IMG_20141117_104930.jpg
Gambar 10. Rangkaian percobaan menghitung nilai V
Description: IMG_20141117_104646.jpg









Gambar 11. Mengukur diameter kawat nikrom
















LAMPIRAN PERHITUNGAN

NIKEL
a.      

b.     
 Vm/A

c.      

TEMBAGA
a.      

b.     

c.      

d.     

e.      

f.      

NIKROM
a.      

b.     

c.      

d.     

e.     

f.      

KETELITIAN NIKEL
No.
d
d2
1.
48,0.10-8
3,1.10-8
9,61.10-16
2.
45,7.10-8
0,8.10-8
0,64.10-16
3.
41,0.10-8
-3,9.10-8
15,21.10-16

134,7.10-8

25,46.10-16

R rata2= 44,9.10-8



SD= = =  =  4,2.10-8
X=  X ±  = (44,9.10-8± 4,2.10-8)
Ketidakpastian= x 100% = 9,45 %
Ketelitian: 100%- 9,45% = 90,55 %







KETELITIAN TEMBAGA
No.
d
d2
1.
1,57.10-8
0,26.10-8
0,0676.10-16
2.
1,26.10-8
 -  0,05.10-8
  0,0025.10-16
3.
1,27.10-8
  - 0,04.10-8
0,0016.10-16
4.
1,22.10-8
  - 0,09.10-8
0,0081.10-16
5.
1,26.10-8
-0,05.10-8
0,0025.10-16
6.
1,30.10-8
-0,01.10-8
0,0001.10-16

7,87.10-8

        0,0824.10-16

R rata2= 1,31.10-8



SD= = =  =  0,003.10-8
X=  X ±  = (1,31.10-8±0,003.10-8)
Ketidakpastian= 100% = 0,21%
Ketelitian: 100%-0,21 % = 99,79%

KETELITIAN NIKROM
No.
d
d2
1.
63,6.10-8
-10,55.10-8
111,3025.10-16
2.
77,8.10-8
3,65.10-8
13,3225.10-16
3.
84,9.10-8
10,75.10-8
  115,5625.10-16
4.
60,2.10-8
-13,95.10-8
194,6025.10-16
5.
71,4.10-8
    -2,75.10-8
  7,5625.10-16
6.
87,0.10-8
12,5.10-8
156,25.10-16

444,9.10-8

598,6.10-16

R rata2= 74,15.10-8



SD= = = = 19,95.10-8
X=  X ±  = (74,15.10-8±19,95.10-8)
Ketidakpastian= x 100% = 26,91%
Ketelitian: 100%- 26,9% = 73,09%



PERTANYAAN dan JAWABAN

1.      Berikan keterangan fisis tentang hambatan jenis, dapatkan hubungan antara tahanan kawat, luas penampang, dan hambatan jenis tersebut sesuai dengan pengetahuan anda!
2.      Lima buah kawat alumunium menjadi satu masing-masing berdiameter 1 mm dan panjangnya 20 m.
a.       Tentukan tahanan dari alumunium tersebut!
b.      Bila suhunya 300oC, berapakah t dan Rt?
c.       Jika kawat tersebut disambung menjadi satu memanjang, tetukan nilai hambatan kawat tersebut!
Jawab
1.      Hambatan jenis dipengaruhi oleh jenis kawat, panjang kawat, dan diameter kawat. Jika jenis kawat yang digunakan adalah tembaga, maka hambat jenis kawat tersebut semakin kecil. Jika panjang suatu kawat penghantar semakin panjang, maka hambat jenis kawat tersebut semakin kecil. Jika besar diameter suatu kawat penghantar semakin besar, maka hambat jenis kawat tersebut semakin besar.
2.      Diketahui: n kawat= 5
D= 1 mm= 1.10-3 m
l= 20 m
a.      Ralumunium =
= 2,63.10-8 .
= 2,63.10-8 .
= 2,63.10-8 .
= 2,68.10-2
b. T= 300oC, t dan Rt?
t = 20 [1 + (t – 20o)]
= 2,63.10-8  [1 + (300o – 20o)]
= 2,63.10-8  [1 +  (280o)]
= 2,63.10-8  [1 + ]
= 2,63.10-8  [2,092]
= 2,87196. 10-8 Ωm2
c.  Jika kawat disambung menjadi satu
Ralumunium =
= 2,63.10-8 .
= 2,63.10-8 .
=   
= 3,35


4 komentar:

  1. kak, apakah bisa bertanya tentang pengukuran diatas?

    BalasHapus
  2. Kak saya mau tanya kawat penghantar dengan panjang dan penampang yang sama untuk pungsi panas yang cocok cepat pakai kawat apa namanya?

    BalasHapus
  3. Yang saya butuhkan kawat penghantar panas hambatan lebih cepat naik temperaturnya pakai kawat apa namanya

    BalasHapus
  4. Casinos Near Atlanta, GA - Mapyro
    Check out the 10 closest Casinos in 평택 출장샵 Atlanta, GA. 바카라 Find addresses, 포항 출장안마 see photos and read 4927 reviews: "It's really nice to 인천광역 출장마사지 have 삼척 출장샵 this casino."

    BalasHapus